Selasa, 09 Juli 2013

Insiden pantat gue hancur lebur kaya bubur

Beberapa hari ini kostan gue suasananya serem banget. Banyak aura negative terpancar disetiap sudut ruangan. Bisa dibilang gue juga dalam kondisi kritis, gue terancam kesepian karena sebagian teman kost lagi pada mudik. Ibu bersih-bersih (pembantu bapak kost) diganti dengan mbak bersih-bersih yang agak sedikit misterius. Pagi hari, gue mau berangkat ngantor mbak bersih-bersih belum dateng, pas gue pulang pintu dekat dapur dibiarkan terbuka, pintu dekat kamar gue yang mengarah ke balkon dibiarkan terbuka juga. Maksudnya apa coba? Bulu kuduk gue berdiri, merinding disco.

Disaat seperti ini biasanya gue mentransmigrasikan tipi ke dalam kamar gue. Sesekali terdengar suara berisik dibelakang kostan, bapak-bapak kuli bangunan bekerja tiada henti, mungkin sistem kerjanya borongan kali ya. Biasanya gue kalau malem meluangkan waktu untuk menikmati indahnya bulan di balkon tapi beberapa hari ini gue absent. Gue lebih fokus menyepi di dalam kamar. Tak ingin merasakan kesepian yang berkepanjangan gue mengajak miss perfect jalan-jalan. Kebetulan keponakan dia lagi ngabisin liburan akhir semester di Semarang.
"Mumpung Flo disini gimana kalau kita ajak dia jalan-jalan kemana gitu.."
"Hhm, kemana ya? gimana kalau kita nonton monsters university aja?"
"Gimana kalau kita ajak Flo ke lawang sewu?" 
"Oh no..!! makasih deh, gak niat sama sekali." jawab miss perfect 

Entah kenapa sekian lama gue di semarang, sekian banyak orang yang gue ajak ke lawang sewu semuanya kompak menolak ajakan gue. Miss perfect phasmophobia gara-gara pernah suara setan menyeramkan pas praktek kerja industri jaman dia sekolah. Mas supervisor yang emang phasmophobia akut. Mbak tifa yang bercita-cita nonton film horor nanti kalau dia udah nikah. Katanya sih biar ada yang nemenin bobo kalau takut. Sungguh cita-cita yang aneh. Dikelilingi oleh orang yang phasmophobia membuat gue kadang jadi setengah phasmophobia. Konon kalau kita ke lawang sewu untuk melihat nilai sejarahnya, pasti gak akan melihat yang aneh-aneh. Tapi kalau kita kesana karena niat ingin melihat hantu, pasti nanti dilihatin hantu beneran. Hihihihihi *backsound kuntilanak

Akhirnya gue gagal ke lawang sewu lagi. Miss perfect menolak ide spektakuler gue yang begitu cetar membahana melewati garis khatulistiwa melalang buana, mendarat di halim perdana kusuma kemudian menggebrak meja ala arya wiguna. Gue pun mengiyakan nonton monsters university.
"Mau nonton dimana? CL atau paragon?" tanya miss perfect
"Enaknya dimana?" gue balik tanya. Soalnya seminggu yang lalu kita juga abis nonton di paragon.
"Kalau di paragon 3D, kalau di CL gak 3D.." 
"Ehhm, di CL aja deh, abis nonton nanti kita main sepatu roda ya?" kali ini ide gue agak waras

Malam itu gue, miss perfect dan Flo nonton monsters university. Baru tahu gue ternyata monsters juga sekolah untuk menakut- nakuti anak kecil. After that gue main sepatu roda di simpang lima. Ini kedua kalinya gue main sepatu roda di simpang lima.
Miss perfect menuntun Flo belajar sepatu roda, gue ngelihatin mereka dari kejauhan. Beberapa menit kemudian miss perfect menghampiri gue yang sedang menikmati pemandangan sekeliling simpang lima.
"Aku maen.." miss perfect melepas sepatunya dan menggantinya dengan sepatu roda. Gue pun ikut maen, memakai sepatu roda dan mulai beraksi.
"Mas, mas aku pakai yang gak licin aja deh.." miss perfect tampak kesulitan berdiri 
"Udah gak apa-apa.." gue berceloteh sambil berlalu meninggalkannya. Gue langsung meluncur bak atlet sepatu roda profesional yang pernah mengikuti kejuaraan sepatu roda tingkat RW. Awalnya sih fine-fine aja, lancar jaya, gak ada hambatan sama sekali.
"Ni, ni jangan cepat- cepat gitu dong, tungguin..!!"
"Ayo.." jawab gue sambil tetap berlalu menikmati kemahiran gue, gue meluncur dengan sangat indah. Gue nyengir penuh kebahagiaan. Pas gue muter tiba-tiba gue oleng, gak bisa ngerem. Benar-benar gak bisa dikendalikan. Hanya ada dua pilihan, jatuh atau terus mundur sambil mempertahankan keseimbangan. PRAKK..!!! gue terjatuh dengan penuh kenistaan.
"Aduh..!! gue mengerang kesakitan. Ya ampun rasanya tuh benar- benar wow banget. Pantat dan tangan gue berciuman dengan lantai. Gue jatuh dengan posisi duduk persis sewaktu olahraga  loncat indah. 

Setiap kali gue jatuh, gue pasti ngelihatin sekeliling berdoa semoga gak ada yang ngenalin gue apalagi ngakak bahagia diatas kesakitan gue. Gue berusaha berdiri. Saat itu gue baru nyadar ternyata disamping kiri gue ada cowok ganteng yang ngelihatin gue. Oh, my god betapa malunya gue. Gue sok cuek, lagian kan emang gak kenal sama cowok itu. Gue menghampiri mas yang menyewakan sepatu roda.
"Mas, ini yang buat ngerem mana sih?" tanya gue
"Oohh.." dia memperhatikan sepatu roda yang gue pakai. "Ini remnya gak ada, gak apa-apa nanti kamu langsung pinter.."
Bodohnya gue kenapa gak minta ganti sepatu roda. Seolah gue benar- benar tersugesti, gue akan menjadi atlet sepatu roda profesional, gue akan go internasional. Gue duduk disamping anak kecil yang tadi gue lihat main bareng Flo. Flo dan miss perfect tampak asyik main, sambil sesekali berhenti dan jatuh juga. Kalau gak jatuh, katanya gak bakal pinter mainnya. Katanya sih gitu.
"Adek namanya siapa?" gue bertanya ke anak kecil unyu berambut ikal yang duduk di samping gue.
"Hany mbak.." dia menjawab dengan penuh keunyuan.
"Oohh Hany.. Hany kesini sama siapa?"
"Sama mama, om.."
"Lho, mamanya mana?"
"Itu.." dia menunjuk seorang ibu-bapak yang lagi ngobrol gak jauh dari tempat kita duduk.
"Hany masih TK ya?" tanya gue sok tahu
"Naik kelas dua mbak.."
"Hany sering main kesini?". Hany mengangguk. Kalau gue perhatiin Hany udah mahir main sepatu roda meskipun dia masih pakai yang pemula. Bahkan ketika Flo jatuh, si kecil Hany unyu yang membantunya berdiri.

Gue ngelanjutin main lagi setelah rasa sakit dipantat gue sedikit ilang. Dengan penuh percaya diri gue meluncur. Aman..aman..aman.. gue terus meluncur dengan sangat indah. Tiba-tiba PRAKK..!! gue jatuh lagi ketika mau belok. "Aduhh..!!!" gue mengerang kesakitan. Seorang cewek berkulit putih dengan mata agak sipit menghampiri gue, menyuruh gue berdiri. Gue panggil dia kakak cina.
"Kakinya diangkat, kiri-kanan, kiri-kanan" kakak cina mencontohkan. Gue berdiri disamping kakak cina, berbarengan melakukan gerakan kiri-kanan tadi.
"Nah itu bisa, badannya agak sedikit bungkuk.." gue mengikuti instruksi kakak cina, orang yang belum pernah gue kenal sebelumnya, entah dia berasal dari planet mana.
"Kalau mau jatuh tangannya gini aja..." dia mencontohkan lagi.
"Iya kak. tapi kalau bungkuknya agak susah" jawab gue.
Kakak cina tersenyum, mungkin dia mengerti keadaan gue yang memang belum terbiasa.
"Udah, mainnya sini aja. kalau disitu rame"
"Iya kak.." gue tersenyum. Kakak cina berlalu meninggalkan gue, menghampiri adiknya yang juga lagi belajar sepatu roda. Gue lanjut main, menghampiri Flo. "Flo udah bisa?" tanya gue ke Flo. Flo nyengir.
Gue terus meluncur dengan sangat indah. Tapi untuk ketiga kalinya gue jatuh lagi. Ini semua pasti gara-gara sepatu rodanya gak ada remnya. Kali ini rasa sakitnya begitu dahsyat. Seperti gempa berkekuatan 2,55 SR mengguncang pantat gue. Untungnya tidak berpotensi tsunami.Gue berdiri, melangkah tertatih, rasanya sakit banget. Akhirnya gue berjalan dengan tumpuan lutut mendekati hany yang dari tadi duduk manis.
"Dek, dek, tolong kursi itu dek.." peintah gue ke Hany.
Hany menatap gue iba. Dia mengambil sebuah kursi kecil yang ada di sekitar tempatnya duduk. Gue duduk, dan terus saja mengerang kesakitan.
"Aduh..aduh.." sambil megangin pantat
"Ayo, main lagi.." kakak cina berdiri di depan gue
"Aduh, capek kak.." gue beralasan. Padahal sih gue benar-benar dalam kondisi memprihatinkan. Tapi gue harus tabah menghadapi cobaan ini. Kakak cina tersenyum dan meluncur lagi. Gue pasrah, menatap sekeliling, memperhatikan Flo dan miss perfect. Beberapa menit kemudian gerimis mengguyur kawasan simpang lima. Seolah gerimis datang mewakili suasana hati gue. Gue pulang dengan kondisi pantat hancur lebur kaya bubur. Oh, sakiiiittt......!!!