Senin, 19 Agustus 2013

Legenda kaos kaki dan kerikil pusaka kerajaan majapahit

Finally gue mendarat dengan cantik jelita di kota atlas ini lagi. Udah lama banget gue gak ngepost. Maklum dua minggu yang lalu gue mudik ke Puerto Rico (read: Purwokerto). Gue hampir saja terlena dengan kehidupan disana. Memanjakan diri laksana tuan putri. But in fact, gue udah terdampar di belantara Semarang lagi. Gue menjelma menjadi rakyat jelata lagi. Yeah, life must go on. Gue harus berkelana mencari ksatria impian. 
***
Ceritanya malem minggu kemarin adalah malam terakhir gue di Puertorico. *so sad Berikut detik-detik menjelang perpisahan gue dengan ibunda dan ayahanda prabu.Sabtu pagi mbak tifah telpon gue.
"Uwis, kamu dimana?"
"Aku masih dirumah. Ke Semarang besok. Kenapa mbak?"
"Kirain kamu udah di Semarang, aku mau tidur di kostanmu. Kostan ku sepi gak ada siapa-siapa." *mbak tifah kan phasmophobia, ahihihihihi :D
"Tidur dirumahnya mba tiwi aja"
"Ya udah deh tak telp tiwul"
Abis ditelpon mbak tifah gue langsung nyadar kalau gue belum telpon agen travel buat balik ke Semarang. Gue langsung menelponnya. Sore harinya terjadi perdebatan yang cukup menggemparkan dunia.
"Nanti bawa beras lima kilo ya?" perintah nyokap
"Hah..!! banyak banget" jawab gue
"Gak apa-apa, buat makan satu bulan"
"Ya, kalau tas ku nyukup" gue beralasan
"Bawa dua kilo aja" bokap yang dari tadi memperhatikan kita menyahut. Berhubung gue biasanya kalau pagi masak nasi gue pun mengiyakan "Iya deh, dua kilo aja yaa.."
Sepertinya mereka ketakutan kalau anaknya akan terkena busung lapar.
"Ini biskuit dibawa ya.."
"Aduhh, tas ku gak nyukup" jawab gue
"Pake dus kecil aja yaa.."
"Terserah mama deh.."
"Ini kacangnya dibawa juga ya.."
"Terserah.." gue membiarkan nyokap berekspresi sesuka hatinya
"Ini krupuk dibawa ya.."
"Terserah.." jawab gue lagi
"Ditanya kok jawabannya terserah terserah terus.." nyokap menggerutu. Sepertinya semua makanan yang ada dirumah akan diserahterimakan ke gue. "Sekalian aja rumahnya dibawa ma.." batin gue.
"Kan bisa dimaem bareng-bareng sambil nonton tv. Buat temen-temen kamu juga. Nanti yang punya kost dikasih juga ya.."
"Bapak kost rumahnya jauh.."
"Emang gak satu rumah?" tanya nyokap
"Gak.." jawab gue agak ketus. Sore itu terbungkus rapi sebuah dus berisi makanan yang gue gak tahu isinya apa aja. Malam harinya gue packing, malam itu juga gue meminta nyokap tidur di kamar gue. *so sweet

Keesokan harinya terjadi insident yang tidak mengenakan hati. JENG..JENG..!!
Perut gue mengalami kontraksi. Sepertinya gue mau melahirkan atau kalau gak gue akan keguguran. "OH, TIDAKKK...!!! *backsound suara halilintar. Gue bolak-balik ke kamar mandi
"Ma, perut ku sakit ma.." gue mengerang kesakitan
"Ya udah, kalau sakit gak usah berangkat ya.." Gue jadi sedih. Setelah gue pergi tinggalah mereka berdua dirumah ini, pasti sepi.
"Maem dulu aja, ini teh angetnya diminum.."
Gue menghabiskan segelas segelas teh anget dan beberapa sendok nasi. Nyokap mencari-cari minyak kayu putih tapi gak ketemu.
"Pake balsem aja ya.." perintah nyokap. Nyokap mengoleskan balsem di perut gue. Gue percaya energi panas yang dihasilkan oleh balsem mampu melawan bakteri e-coli yang ada di dalam tubuh sehingga cacing-cacing didalam tubuh kita akan sekarat. Seperti waktu miss perfect digigit lintah sehabis dia mendaki gunung ungaran.
"Ni, tangan ku digigit lintah jadi gini.." dia memamerkan tangannya
"Udah, kasih balsem aja..." perintah gue. Dan miss perfect pun menuruti instruksi ngawur gue.
Gue mencari kaos kaki bergambar angry bird dengan warna dasar belang-belang pink & biru muda. Perpaduan pink muda dan biru muda adalah warna yang serasi dan hanya cocok dipakai cewek unyu seperti gue. *hhooeekk
"Ma, lihat kaos kaki ku gak?" 
"Itu kan dilemari banyak.."
Sepertinya kaos kaki angry bird ku udah ada di tas dan gue males bongkar-bongkar lagi. Gue membuka lemari. Terpilihlah sepasang kaos kaki item. Ini kaos kaki jaman gue SMP. Sesekali gue pakai pas SMK. *buussyeet
Gue memakainya. Setelah dipakai gue baru nyadar kalau warna hitamnya agak sedikit berbeda. Atas dasar asas manfaat gue tetap memakai kaos kaki itu agar kaki gue gak kedinginan kena AC. "Sekali-kali ah, dandan anti mainstream.." batin gue. *edaannn
Gue pamitan sama bokap, sedang nyokap nemenin gue sampai mobil travelnya dateng.
"Perutmu sakit kan, kasih kerikil ya.." nyokap mengambil sebuah kerikil didepan tempat kita duduk
"Gak mau.. gak mau.." gue menolak
"Udah nurut aja.."
"Taruh di perut.."
Takut di cap anak durhaka gue menuruti perintah absurd nyokap.Hingga sebuah mobil datang menjemput.
"Ibunda, adinda harus pergi berkelana mencari ksatria impian.."
"Pergilah nak, restu bunda selalu menyertaimu.." *lebay
Gue berpamitan dengan nyokap, cium tangan dan mengucapkan salam. *so sad

Masih terasa sensasi panas di perut gue. Gue mainin hape. Gue contact bapak kost.
"Pak, hari ini saya otw ke Semarang. Minta tolong pintu gerbangnya dibuka ya pak.." send
"Ndak saya kunci..." bapak kost membalas.
Next, miss perfect;
"Mbak take off ke Semarang kapan?" *pesawat kali
"Hari ini jam 8an. Kamu udah di Semarang?"
"Otw, masih di Banjar negara.."
Tiba-tiba mobilnya berhenti. naiklah dua orang cewek. mereka duduk di sebelah gue.
"Eh, kamu anak bahasa inggris ya? kayaknya pernah liat deh.."
"Iya, kayaknya aku juga pernah liat kamu.."
"Blablabla.." Dua cewek itu ternyata satu kampus. Mereka ngobrol ngalor-ngidul. Sesekali gue menguping pembicaraan mereka.

Disepanjang jalan dimobil full musik tapi lagunya dangdut terus. Gue memperhatikan liriknya. kebetulan LCD TVnya letaknya tepat didepan bagian atas kepala gue. Lirik lagu dangdut jaman sekarang kebanyakan tidak mendidik, lebih menjurus ke hal yang porno. Pakaian si penyanyi yang terbuka, sexy, u can see. Bahkan mungkin mereka gak sadar bahwa mereka sebenarnya tidak berpakaian. Ada satu lagu pop jadul yang bikin gue cengar-cengir.
"Andai dipisah laut dan pantai, tak akan goyah gelora cinta. Andai dipisah api dan bara, tak akan pudar sinaran cinta." 
Saat itu yang terlintas dipikiran gue adalah Sule dan Soimah. Gue pernah liat mereka berdua nyanyi lagu itu di OVJ. Lucu banget jos gandos nganti mbledos.
Sampailah gue di Dieng kledung mas hotel & restaurant. Pak sopir dan beberapa penumpang turun untuk makan siang. Ada sebuah tampat peristirahatan tepat didepan mobil parkir. Gue duduk di anak tangganya sambil menikmati pemandangan gunung dieng. Gak jauh dari tempat gue duduk ada penjual cilok. Yup, jajanan gue jaman SD. Digerobaknya tertulis bakso ayam, uenak to bakso ku? gambarnya mantan presiden Soeharto (alm). Gambar yang mainstream gue lihat di angkot, bus, etc.

Seorang cewek berjilbab pink yang duduk disebelah pak sopir turun dari mobil. Saat dia melintas di depan gue, gue melemparkan senyum ke dia. Tapi dia hanya memandang gue dengan ekspresi datar dan berlalu ke toilet. Selepas ke toilet, untuk kedua kalinya cewek itu melintas di depan gue lagi. Gue pun melempar senyum ke dia lagi. Kali ini dia membalas dengan sedikit senyum. Cewek itu di anak tangga sebelah gue. "Ya Allah, lindungi hamba.." batin gue. Gue dengan sigap meletakkan tas yang dari tadi gue gendong diatas kaki agar kaos kaki gue gak kelihatan. "Mampus deh kalau cewek ini tahu warna kaos kaki ku 'selen'.. batin gue. gue memutar otak mencari alasan seandainya dia tahu kalau kaos kaki gue selen. "Mati lampu.." gue senyum kemenangan menemukan alasan yang sangat tepat.
"Kuliah dimana?" tanya cewek itu ke gue
"Oh, udah kerja mbak. Mbaknya kuliah dimana? tanya gue
"Stikes bina husada.." jawab dia lagi
"Dimana itu ya..."
"Krapyak.. kamu nanti turun dimana?"
"Aku, genuk mbak.."
"Kerjanya di genuk?"
"Gak, kostan ku di genuk.."
Tiba-tiba pak sopir memanggil cewek itu dan menyuruhnya naik mobil travel temannya. Terjadi pertukaran penumpang dengan alasan jarak tempuh. Gue pun naik ke mobil dan tak henti-hentinya berdoa & berdzikir semoga dua cewek yang tadi duduk di sebelah gue gak melihat kaos kaki gue. Berkat kesabaran dan keikhlasn hati, akhirnya kita semua nyampai di Semarang. Satu per satu penumpang diturunkan sesuai dengan alamat tempat tinggalnya. Gue dan dua cewek yang ada disebelah gue adalah tiga dari penghuni terakhir di mobil itu.
"Mbak nia kasihan ya, dijemput pertama tapi dianter terakhir gak apa-apa ya mbak.." kebetulan gue udah akrab sama pak supir. Apalagi pas mudik kemarin dari Semarang ke Purwokerto bapak sopir ini juga yang nganterin gue.
"Iya gak apa-apa pak..." jawab gue. "Gak apa-apalah terakhir yang penting gue nyampe kostan selamat.." batin gue
 Tibalah di sebuah kostan salah satu dari dua cewek yang duduk disebelah gue. Kostanya terletak dekat IKIP PGRI. Gue sekeliling memandangi kampusnya. Kemudian pak supir mengantarkan satu lagi cewek yang kosatnnya juga gak jauh dari IKIP PGRI.
"Eh, kemarin Alitt susanto kesini ikutan gak?" gue tanya ke cewek itu. *penting gak sih ini pertanyaan?
"Ehhmm..." dia memandangi wajah gue, dia tampak bingung
"Penulis..." gue memberikan kata kunci *kuis kalee
"Kapan yaa..." dia masih bingung
"Belum lama ini kok. Sekitar bulan puasaan kemarin.."
"Gak tahu.." si cewek geleng-geleng kepala
"Oohhh....." gue mengakhiri conversation. Si cewek pun turun. Dan gue lah penghuni terakhirnya.
"Mbak, lewat tol aja ya biar cepet.."
"Iya pak..." 
Disinilah pak sopir curhat ke gue mengenai beberapa pengalamannya. Emang gue itu punya potensi jadi psikolog.
"Ini nanti saya jam empat harus jalan lagi ke Purwokerto.."
"Wah, gak capek apa pak. Kalau ngantuk gimana?" tanya gue
"Sebenernya ya capek, tapi ya mau gimana lagi udah jadi tanggung jawab"
"Udah biasa juga ya pak?" tanya gue sambil nyengir unyu. Pak supir pun ikut nyengir kuda.
Beberapa menit kemudian sampailah gue di kostan. Gue selamat dengan cantik jelita.

*Perutnya gimana? perutnya sembuh dengan sendirinya sensasi panas balsemnya juga udah ilang. Bahkan saat gue nulis postingan ini kondisi perut gue dalam keadaan prima
*Kerikilnya dimana? ada, di tas gue. Dan akan gue simpen, kali aja next time perut gue sakit lagi
*Kaos kakinya gimana? Kaos kakinya ntar gue simpen juga
Hipotesis gue perut gue kaget gara-gara bangun terlalu pagi dia masih ngantuk. Gue dibangunin nyokap jam setengah lima pagi.

THE END