Minggu, 20 Oktober 2013

Manusia setengah salmon

Hari minggu ini gue sempetin ngepost. Walau pun harusnya gue posting beberapa hari yang lalu. Tapi gak apa kan gue telat ngepost daripada gue telat tiga bulan. *eh 

Finally gue nonton manusia setengah salmon juga. Ya, malem jumat kliwon kemarin gue nonton bareng Tita. Maklum lah, kan gue jomblo. Tadinya sih janjian nonton bareng mbak Tifa tapi ketemuan di CL. Gue udah deg-degan bakal ketemu dia untuk pertama kalinya dengan status sudah menikah di KTP. Tapi semuanya gagal dia dan sang suami gak jadi nonton dengan alasan ibu mertua lagi di Semarang, udah masakin banyak makanan. Yeah, I know it.

"Kita nonton yang jam 18.45 aja ya Ni? kalau yang jam 17.00 nanti kita gak bisa maghriban?"

"Iya..." jawab gue.

Sampailah kita di CL. Kita pesen tiket. Setelah itu nyari mushola terdekat. 

"Hhhm, musholanya mana ya.. " Tita tampak bingung

"Ta, ta.. sini deh.. aku mau beli kacamata.." Gue nyoba-nyoba kacamata sedangkan Tita ngelihat-lihat jam tangan. Setelah hampir semua kacamata di coba dan gue ngaca-ngaca unyu di depan mbak SPGnya. Akhirnya gue harus memutuskan sebuah kaca mata yang akan gue beli. 

"Mbak.. bagusan mana? Ini apa ini ?" gue menunjukkan dua kacamata yang berbeda ke Tita.

"Ini.." ternyata pilihan Tita pun sama dengan pilihan hati gue. Well, gue beli itu kaca mata.

"Mbak, musholanya dimana ya?" tanya Tita ke mbak SPG 

"Oh, itu dari citra 21 bla bla bla.." Mbak SPG menjelaskan

"Makasih ya mbak.." kita berlalu meninggalkan mbak SPG itu. Sempet ngelihat-lihat tas sama sepatu sih tapi gak ada yang cocok, gak cocok harganya maksudnya. 

"Kita nyari mushola dulu yuk.."seru gue

"Emang jam berapa?" 

"Gak apa-apa takutnya kita nanti nemunya lama.." Kita berjalan menuju arah mushola sesuai instruksi mbak SPG tadi. Melewati tangga darurat jadi berasa agak gimana gitu.

"Oh, disini musholanya.." Mushola kosong, gak ada siapa-siapa.

"Kita turun dulu apa?" tanya gue ke Tita

"Ini jam berapa sih?" Tita balik tanya ke gue seraya mengecek jam tangannya. Jam menunjukkan pukul 17:40, kita pun memutuskan untuk menunggu sebentar adzan maghrib. Sampai akhirnya kita selesai sholat maghrib.

"Nyari minum dulu yuk, Ta.."

"Inget, gak boleh bawa makanan ke dalem lho.."

"Iya, iya.." Kita menuju tea bar tepat disebelah citra 21. Kita mencari tempat duduk kosong. Tak berapa lama terdengar seseorang menyapa kita.

"Kakaknya udah pesen.."

"Belum..." jawab kita serempak. Mbaknya ngasih list menu ke kita.

"Aku, siomay deh mbak.. " 

"Aku juga siomay mbak.." padahal gue belum ngelihat listnya. Yah, terkadang gue emang gak kreatif.

"Hhhm,, milk teanya satu mbak.."

"Hhhmm,, aku green tea aja mbak.." kali ini gue gak mau kembaran sama Tita. Yah, gue harus kreatif. Beberapa menit kemudian mbaknya dateng membawa pesenan kita.

"Siomay 2, milk tea 1, sama green teanya 1. Totalnya...." Kita bayar, mbak SPG pergi, dan kita makan. Ditengah asyik makan, gue iseng tanya ke Tita.

"Ta, tinggi badannya Raditya dika berapa?"

"Emang berapa?" dia balik nanya ke gue

"Lha, kan aku yang nanya.."

"Berapa ya?"

"Kalau Kimberly aja 170.. Berarti Raditya dika berapa?"

"Paling antara 160-165an..Ih, kamu tuh sukanya yang pendek-pendek ya. Dika, Alitt bla bla bla.."

"Kenapa bawa-bawa nama bang Alitt? terus gue harus salahin Sandra dewi gitu? Atau gue harus lapor satpol PP?" pikir gue dalam hati

"Tapi kayaknya Alitt itu lebih tinggi deh..." Spontan Tita nyengir dan gue pun bingung.

"Apa sih Ta..?"

"Liat deh, mas-mas yang dibawah lagi ngejar ibu-ibu.." gue ngelihat ke lantai bawah dan ikutan nyengir. Terlihat SPB lagi bagi-bagi brosur. Kayaknya sih gak dipeduliin sama ibu-ibu yang lewat tadi terus dikejar. Lucu sih tapi gak pake banget.

"Itu promo apa sih? kipas angin?" tanya gue ke Tita

"Gak tahu.. tapi kayaknya iya sih kipas angin.."

"Masa kipas angin kaya gitu? Emang anginnya kerasa.." 

"Ehhm, gak tahu juga sih..." jawab dia

"Jam berapa mbak.."

"18:13. Mau masuk apa?"

"Yuk.."  Kita masuk citra 21, nyari bangku kosong didepan studio. Terlihat banyak pasangan muda-mudi siap nonton. 

"Ta, ta.. liat deh bapak yang pakai baju biru itu. Dia tidur gak sih?"

"Iya, tidur.."

"Tapi kok tidur sambil ngobrol gitu ya?" Kita berdua cekikikan dan terus memandangi bapak berbaju biru itu. Disebelahnya seorang ibu berbaju kuning yang juga komat kamit sambil memandangi bapak tersebut. Kalau gue perhatiin mereka itu emang lagi ngobrol tapi yang aneh kenapa si bapak matanya merem. Gue terus aja cekikikan.

"Mbak.. mbak.. itu yang pegang laptop cewek bukan sih?" gue yang dari tadi cekikikan langsung diem dan mencoba mencari sosok yang Tita maksud. Gue melihat seorang cewek dengan potongan rambut model cowok. Mungkin Tita lagi memastikan apakah dua cewek yang dimaksud itu adalah pasangan lesbi atau tidak.

"Hhhmm... itu cewek.." jawab gue meyakinkan. 

Emang kalau jalan sama Tita ada aja hal absurd atau norak terjadi. Misalnya, mendeteksi keberadaan cowok ganteng. Tita sangat menjunjung tinggi gantengisme (paham yang mengajarkan tentang kegantengan). Contoh, gue lagi khusyuk makan. Tiba-tiba konsentrasi gue buyar, "Ni, ni, yang itu ganteng.."
Gue pandangi wajahnya dengan mata sedikit mendelik yang artinya "Mana cowok gantengnya?"

"Arah jam 2..." gue langsung putar mata gue 45 derajat sampai akhirnya gue ngelihat sosok cowok ganteng yang dimaksud. 

"Iya.. ganteng.." jawab gue standar dan gue langsung lanjut makan lagi. Gue dulu pas materi gantengisme di sekolah gak masuk jadi gak begitu memperhatikan kalau ada cowok ganteng lewat kecuali cowok yang menarik perhatian gue. Karena bagi gue, bukan karena seseorang itu ganteng terus gue suka sama dia. Tapi karena gue suka sama dia, makannya dia terlihat ganteng dimata gue (sejelek apapun itu cowok dimata orang lain). Ganteng itu relatif, gak gue jadi patokan pertama untuk mencari pacar apalagi pasangan hidup. Toh, ganteng/cantik akan hilang dimakan usia.

"Kamu gak pengen foto deket posternya Raditya dika? kali aja ntar kamu upload di fb atau twitter?" tanya Tita ke gue

"Hah... gak deh.." seketika gue berpikir kalau gue bener-bener udah sembuh dari penyakit alay gue.

"Itu baliho deh, bukan poster..." gue berpikir kalo poster itu yang biasanya di tempel di dinding.

"Oh, jadi itu baliho..." 

"Ya, kayak baliho caleg-caleg yang dipinggir jalan itu.." jawab gue. "Ini pelajaran kertangkes SMP materi reklame.." gue menambahi.

"SMP atau SMK?" tanya Tita ke gue

"SMP.. Kalau pamflet itu yang kaya gimana ya Ta?" giliran gue yang ngetest Tita 

"Pamflet itu kayak selebaran.." jawab dia penuh keyakinan. "Kalau spanduk,,Ni?" 

"Spanduk itu yang dari kain itu lho..."

"Ih, kenapa sih itu cewek bisa pake jilbab kaya gitu? kalau kita yang pake kan susah.. Iya gak?" seru Tita

"Mana sih, mana?" tanya gue

"Tuh, yang lagi di loket.." Gue melihat seorang cewek mengenakan jilbab lagi mesen tiket, yang terlihat hanya bagian belakang, gue belum ngelihat wajahnya atau model jilbab yang Tita maksud.

"Pintu teater 2 telah dibuka bla bla bla...." terdengar sayup-sayup suara gak jauh dari tempat kita duduk

"Ayo,masuk..." 

"Tapi aku belum liat cewek itu..."

"Ah,udah deh gak usah.." Akhirnya kita masuk dan mencari tempat duduk kita row G 9, 10. Kita berdua duduk dengan sangat anggun. Tiba-tiba dua pasangan muda-mudi lewat. "Permisi....." sapa cewek dan cewek itu. Mereka duduk satu baris dengan gue tapi paling pojok. Emang kalau yang bawa pacar biasanya milih yang pojok. Kalau yang jomblo kayak gue pilih yang paling pinggir biar gampang keluar kalau filmnya selesai. Tak lama kemudian dua cewek berjilbab duduk di sebelah kanan Tita. Gue duduk di sebelah kiri Tita, gue paling pinggir.

"Popcornnya kakak.. sepuluh ribu aja, tiga belas ribu sama minum..."

"Oh, gak mbak.. makasih..." Ya, gue pasti bakal ketawa dari awal sampai akhir dan gak sempet buat makan popcorn. Justru berdasarkan pengalaman nonton filmnya Raditya dika yang sebelumnya kayak cinta brontosaurus, gue pengen bawa toilet ke dalam bioskop. Biar gue kalau kebelet pipis gampang gitu.

Kita nonton manusia setengah salmon - semua penonton ngakak guling-guling - film selesai

"Kita ke toilet dulu yaa..."

"Iyaa..." jawab Tita. Di depan gue, gue ngelihat bapak berbaju biru dan seorang ibu berbaju kuning. Ya, bapak yang tadi ngobrol sambil tidur.

"Cin, lewat sini aja...." seru si ibu ke bapak berbaju biru tadi.

"Hah..." gue sedikit melongo unyu  sambil memandangi wajah Tita

"Gaul mbak.. gaul..." seru Tita 

"Oh, jadi gaul itu kayak gitu.. Pasangan bapak-ibu sekitar 50 tahunan cinta-cintaan di depan umum. Atau pasangan ababil yang ayah-bundaan di sosial media.. Kenapa dalam segala hal hidup itu bisa terbalik kapan aja?" pikir gue dalam hati. 


TAMAT