Jumat, 13 Desember 2013

Insident tlogosari

Beberapa hari ini kita dihebohkan dengan berita kecelakaan kereta vs truck BBM milik pertamina di perlintasan Pondok betung, Bintaro. Iya, yang namanya maut itu gak ada yang tahu. Dan gak ada seorang pun yang bisa menghindari yang namanya maut. Jujur, mengikuti perkembangan berita kecelakaan KRL bikin merinding juga. Sebagai manusia biasa aku juga pernah melakukan kesalahan. Iya, manusia emang tempatnya salah. Aku juga pernah khilaf. Kecelakaan KRL ini bener-bener ngingetin aku dengan suatu insident. JENG.. JENG..!!

Sebagian besar kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia lebih banyak dikarenakan oleh human error. Kebanyakan dari kita tidak menaati dan mematuhi peraturan lalu lintas. Kadang tanpa disadari kelalaian kita dalam berkendara pun bisa mengancam keselamatan orang lain. Misal, kadang kita menyepelekan tidak memakai helm sewaktu berkendara dengan alasan, "Ah, deket kok gak usah pakai helm. Gak ada polisi, tenang aja..". Ya, itu cuma contoh kecil aja, masih banyak hal-hal lain yang mungkin belum kita sadari. Saat kita tidak hati-hati dalam berkendara, itu gak hanya akan membahayakan keselamatan diri sendiri tapi juga orang lain.
Ada suatu insident yang bikin otak ku terguncang gempa 5,1 SR tapi tidak berpotensi tsunami. Insident yang ngingetin aku untuk lebih berhati-hati. Tapi insident ini juga ngingetin aku kalau Allah itu masih sayang sama aku. Alhamdulllah, sampai detik ini aku masih diberi kesehatan, masih hidup sebagai seorang fakir asmara yang selalu mengharapkan cinta dari sang dermawan cinta.
Insident ini terjadi di awal kedatangan adik-adik kostan. Sebagai seorang kakak kost yang baik aku ngajakin mereka jalan-jalan. Ya, walau pun sebenernya aku type orang yang hobby nyasar. Nyasar itu indah. Hari itu hari minggu, sesuai permintaan Vega, kita berencana main ke gramedia. Waktu itu kita cuma pergi bertiga, aku, Vega dan Karina. Adik-adik kost  dan mbak-mbak kost yang lain pada pulang kampung. Banyak jalan menuju roma, kita blusukan lewat jalanan tlogosari. Kita cuma sedikit muter-muterin jalan sekitar kostan di perumahan genuk indah yang tidak begitu indah, kemudian melintasi perlintasan rel kereta api. Ini bukan perlintasan rel kereta api resmi, soalnya palang pintu perlintasan juga gak ada tapi banyak dilalui kendaraan sepeda motor.

"Mbak, ini rel dilalui kereta gak sih?" tanya Vega. Yang namanya rel pasti dilalui kereta masa dilalui odong-odong. 

"Hhhmm, kayaknya jarang sih Ve. Aku malah belum pernah liat kereta lewat sini.." jawab ku santai. Rel kereta ini satu jalur dengan rel kereta yang di kaligawe. Harusnya sih kereta juga lewat perlintasan tlogosari juga. Pas berangkat Karina nyasar entah kemana. Aku khawatir dia akan diculik oleh orang jahat. Aku telpon dia bolak-balik gak diangkat, sms pun gak dibales. Sampai akhirnya perjuanganku membuahkan hasil, "Kamu dimana?" tanya ku khawatir.

"Aku nyasar mbak. Aku gak tahu ini dimana?" Karina menjawab udah kayak orang amnesia. Aku makin cemas karena dia emang baru di Semarang.

"Udah, kamu balik lagi ke masjid agung tahu kan? Nah, abis itu lurus terus, ada apotek viva generik berhenti disitu. Aku tunggu disitu..Kamu kalau motoran pelan-pelan aja yaa.." aku menjelaskan. Karina memang kalau naik motor gak ada elegant-elegantnya, ketemu polisi tidur pun dia gak ada sopan-sopannya. Maklum dia udah pernah nonton balap moto gp di laguna seca. Meski pun dia hanya jualan siomay disana tapi itu turut mempengaruhi kecepatannya dalam berkendara. Di simpang lima, Karina terjebak dengan kumpulan persatuan buruh yang lagi demo. Aku sama Vega terus khawatir sambil sesekali cekikikan menunggu dia.

Hari itu aku cuma nemenin Vega nyari buku, nyari makan, numpang sholat dhuhur di masjid raya baiturrahman deket simpang lima terus pulang. Pas udah nyampe masjid agung, aku sama Vega baru nyadar kalau Karina hilang, dia nyasar lagi. Uuuhh, udah deh kita ngadem di depan masjid agung sambil menikmati segelas es rumput laut. Aku mengambil hape ku, sms Karina. Tak lama dia pun membalas kalau dia udah nyampe di kostan. Alhamdulillah, hati ku lega. Setelah menghabiskan segelas es rumput laut dengan unyu, perjalanan pun dilanjutkan. Inilah detik-detik yang bikin otak ku tergunjang. Pas melewati perlintasan rel di tlogosari kita gak tengok kanan-kiri. Kita cuman ngelihat pengendara motor di depan laju terus, cuma itu yang dijadikan acuan kalau gak ada kereta mau lewat. Tiba-tiba pas melintasi rel, ada sekilas cahaya merah dan terdengar bunyi kereta api. Kita berdua kompakan noleh ke kanan. Dan ternyata bener itu kereta. Aaarrghh...!!! kita menjerit dan langsung tancap gas. Ya, kejadian ini akan aku inget terus. Pelajaran buat aku untuk lebih hati-hati. Jadi pas kemarin aku tanya ke Vega soal kecelakaan KRL, "Ve, ada kecelakaan kereta udah tahu blm?" 

"Oh, iya yang di Bintaro itu.."
 
"Iya, aku jadi inget yang kita di tlogosari... " 

"Oh, kalau inget itu aku serasa hidup kembali mbak.." jawab vega

Rel yang dilewati kereta api dalam jarak 600 meter ternyata menghantarkan medan magnet yang sangat tinggi sehingga bisa mematikan putaran mesin mobil / sepeda motor yang melintasi rel tersebut. Medan magnet yang dikeluarkan roda kereta api menyalur melalui rel. Karena perputaran roda yang sangat cepat dan tinggi itu lah maka medan magnet akan maju lebih dulu bisa mencapi 600 meter kedepan. Jadi ketika kereta api lewat, dalam radius 600 meter ke depan rel tersebut menghantarkan medan magnet yang tinggi. Jika pada saat itu ada mobil / motor yang melintas diatas rel bisa mematikan mesin motor / mobil secara mendadak.

Saat melintasi rel, jarak motor dan kereta udah deket banget mungkin sekitar 100 meter. Alhamdulillah banget, mesin motor gak mati. Kita nyadar memang salah, kurang hati-hati. Ini pembelajaran untuk lebih hati-hati dalam berkendara. Karena saat kita kurang hati-hati, gak hanya keselamatan kita saja yang terancam tapi juga keselamatan orang lain. "Ya Allah, aku khilaf. Ampunilah dosa-dosa ku..."